BEKASIMEDIA.COM – Kampanye pasangan capres Prabowo-Sandi menampilkan sis berbeda dari kampanye-kampanye pemilu sebelumnya. Rangkaian kampanye yang sudah ramai sejak Sabtu (6/4/2019) dinihari tersebut dimulai dengan sholat tahajud, sholat subuh berjamaah dan pembacaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Pasca kampanye selesai, suara sumbang datang dari salah satu partai pengusung yaitu Demokrat. Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merasa ada yang tak lazim dalam kampanye tersebut.
Sebagaimana ramai dibicarakan, surat SBY kepada Prabowo Subianto tersebar luas, Dalam surat tersebut, Presiden dua periode itu merasa kampanye terlalu inklusif karena memberikan porsi lebih pada identitas umat Islam.
Di lain pihak, tokoh Papua Natalius Pigai justru bangga bisa berada di tengah-tengah pendukung Prabowo-Sandi di GBK, Ahad (7/4/2019) pagi yang menampilkan banyak sekali ciri khas umat Islam. Natalius Pigai bangga karena hanya namanya yang disebut khusus.
“Tidak pernah saya bayangkan. Sebuah kehormatan bahwa Calon Presiden Prabowo Subianto dalam pidato akbar hanya menyebutkan nama saya dihadapan jutaan orang,” kata Natalius Pigai di akun media sosialnya.
Hal ini, kata Pigai, membantah rumor yang dihembuskan pihak petahana bahwa Prabowo-Sandi akan mengusung khilafah. Ia kemudian menyadur apa yang dikatakan Prabowo di GBK. “Prabowo mengatakan bahwa kalau dirinya mendukung khilafah dan tidak demokratis dan inklusif tidak mungkin Natalius Pigai mendukungnya,” kata Pigai.
Diluar dari konteks inklusif atau tidak, Natalius Pigai mengakui dirinya dulu mendukung Jokowi. Menurutnya, pada 2014 dirinya ikut berkontribusi atas 5% kemenangan Jokowi.
“Jokowi, Mega, Hasto, Luhut, Hendro, Suryo Paloh menganggap saya hanya semut hitam kecil. Mereka tidak pernah tahu bahwa gajah tidak pernah mengalahkan semut, tetapi sengatan semut dapat mematikan gajah. Harus disadari bahwa sekalipun anda buang ke lumpur, kotak sampah, mutiara tetaplah mutiara,” pungkas Natalius Pigai. (ss)