BEKASIMEDIA.COM – Beberapa waktu belakangan ini suicide atau bunuh diri menjadi perbincangan hangat tidak hanya di Indonesia melainkan juga internasional. Dalam beberapa tahun terakhir ini, lonjakan kasus bunuh diri membuktikan bahwa kesehatan mental adalah isu yang paling mengkhawatirkan. Faktor-faktor yang berkontribusi padsa kasus bunuh diri sangat kompleks dan seringkali melibatkan masalah kesehatan mental, ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Gangguan kesehatan mental Generasi Z atau Gen Z meningkat hingga 200%, gangguan kesehatan mental Gen Z adalah gangguan kecemasan, depresi, dan bunuh diri.
Rhenald Kasali memberi label Gen Z dengan “Strawberry Generation”, yang mana Gen Z diumpamkan seperti buah stroberi, karena buahnya yang lezat dan menawan namun mudah rapuh hanya karena sedikit terbentur.
Hidup di masa serba mudah dalam mengakses informasi tak jarang menjadikan Gen Z sangat rentan menjadi pribadi yang mudah terpengaruh. Hal tersebutlah yang menjadikan Gen Z dengan mudah mengalami stres ketika berada dalam masalah yang sulit. Gen Z banyak menghabiskan waktunya untuk bermain media sosial, cara mereka berpikir dan membuat keputusan seringkali dipengaruhi oleh hal diluar kendali mereka, sehingganya masalah suicide seringkali terjadi pada Gen Z karena ketidakstabilan emosinya dan cara berpikir mereka.
Filsafat Stoikisme Marcus Aurelius hadir dan dapat dijadikan solusi bagi Gen Z, Marcus Aurelius menawarkan self love dimana seseorang harus berfokus pada dirinya sendiri, menerima dirinya apa adanya, sehingga mereka bisa fokus untuk menciptakan kebahagiaan dan kedamaian terhadap dirinya sendiri, ketika seseorang menerapkan self love maka orang tersebut telah menerima dirinya sendiri sehingga berusaha berpikir positif saat sedang marah, frustasi bukanlah hal yang sult bagi mereka.
Marcus Aurelius mengajarkan kita juga untuk bertindak secara rasional dengan memilih hal- hal yang bisa kita kendalikan dengan hal- hal yang tidak bisa kita kendalikan, ketika individu telah melakukan hal itu berarti ia telah menggunakan self love pada dirinya sendiri. Self love menjadi bagian penting dalam menghindari suicide. Teori ini walaupun sederhana namun pada kenyataannya sulit untuk diterapkan seseorang. Maka dari itu dalam pengaplikasiannya dibutuhkan dukungan yang sangat kuat dari orang terdekat, seperti keluarga, teman, dan sahabat.
Pada akhirnya seseorang harus mengetahui bahwa diri sendiri berhak mendapatkan perlakuan baik, dukungan, kasih sayang, dan hubungan yang sehat. Dengan mengaplikasikan hal tersebut menjadi langkah yang tepat bagi seseorang agar terhindar dari perbuatan suicide. (Khresna Wahyu Hidayat/ Mahasiswa UIN Jakarta)