BEKASIMEDIA.COM PKS: Indonesia Kesulitan Menuju Negara Maju

Menu

Mode Gelap
Soal Kisruh Data PKH Ini Penjelasan, Anggota DPRD Enie Widhiastuti Ketua Fraksi PKS Kota Bekasi Terkait TKK Minta Pemkot Lakukan Langkah Ini Bawaslu Kota Bekasi Ingatkan di Masa Sosialisasi Para Caleg dan Partai Pahami Aturan yang Berlaku Islamic Book Fair 2023: Memperkenalkan Buku sebagai Pilar Peradaban Dishub Kota Bekasi Batasi Operasional Kendaraan Besar, Khusus Kendaraan Sumbu Tiga Keatas

Legislator · 1 Jun 2024 13:51 WIB ·

PKS: Indonesia Kesulitan Menuju Negara Maju, Pertumbuhan Ekonomi Harus Tinggi dan Perkuat Riset dan Inovasi


 PKS: Indonesia Kesulitan Menuju Negara Maju, Pertumbuhan Ekonomi Harus Tinggi dan Perkuat Riset dan Inovasi Perbesar

BEKASIMEDIA.COM – Jakarta, Ketua DPP PKS Bidang Ekonomi dan Keuangan, Anis Byarwati mengingatkan pemerintah terkait penyusunan UU APBN 2025. Menurutnya, syarat menuju Indonesia emas 2045 dan keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (_middle income trap_) tidak mudah.

Girl in a jacket

“Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi per tahun antara 6-7%, sementara, tren pertumbuhan ekonomi selama dua periode kepemimpinan saat ini mencapai rata-rata 5 persenan saja,” katanya di Komplek Parlemen DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (30/5/2024).

Anggota DPR RI Komisi XI ini menengarai pertumbuhan ekonomi yang rendah karena didorong oleh rendahnya tingkat produktifitas Indonesia. Rata rata produktifitas yang rendah tercermin dari _Total Factor Pruductivity_ (TFP) Indonesia selama 2005 – 2019 tumbuh negatif sebesar -0,66. Relatif tertinggal dibandingkan Korea Selatan yang mampu mencapai 1,61 ketika masih dalam situasi menuju negara maju pada tahun 1971 -1995. Atau Tiongkok sebesar 1,60 selama kurun 2005 – 2019.

“Produktifitas yang rendah dari Indonesia disebabkan kualitas SDM yang tertinggal. Baik dari sisi produktifitas sektor ekonomi yang rendah, kapasitas ilmu pengetahuan dan teknologi, inovasi yang tertinggal, hingga rumitnya regulasi dan kepastian hukum, Indonesia kesulitan menuju negara maju,” ungkapnya.

Menurut Wakil Ketua BAKN DPR RI ini kapasitas Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi sangat penting untuk meningkatkan daya saing bangsa melalui efisiensi, desain produk berkualitas, dan berteknologi tinggi.

“Namun semua itu dihadapkan dengan lemahnya komitmen pemerintah terutama dari sisi belanja anggaran riset dan teknologi yang baru mencapai 0,28 persen dari PDB. Jauh tertinggal dibandingkan Korea Selatan (4,81), dan Malaysia (1,04) menurut data tahun 2020,” katanya.

Anis juga menyebut, berdasarkan Indeks Inovasi Global yang dirilis _World Intelectual Property Organization_ yang merupakan badan dari PBB. Inovasi Indonesia dalam 10 tahun terakhir berada dibawah peringkat Singapura yang menduduki peringkat (8), Malaysia (36), Thailand (43), Vietnam (44), dan Filipina (51).

Sementara, Indonesia sendiri bertengger di peringkat 87 dari seluruh negara lainnya di dunia. “Belanja anggaran riset perlu diperkuat, pada akhirnya riset, inovasi, dan teknologi lah yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih kencang. Jika keberpihakan negara tidak ada, sulit rasanya menuju Indonesia emas 2045,” katanya.

Anggota Fraksi PKS ini juga menyebut dalam UU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (PPSK) yang diusulkan oleh Komisi XI DPR RI tidak luput membahas terkait Inovasi Teknologi Sektor Keuangan. “Upaya tersebut agar semua berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional secara simultan, tantangannya ialah SDM, salah satunya masih minimnya literasi keuangan,” ungkapnya.

Legislator perempuan PKS ini memandang untuk mencapai SDM menuju negara maju, kualitas dan kuantitas peneliti Indonesia belum cukup memadai. Tercermin dari jumlah peneliti riset dan inovasi per satu juta penduduk, Indonesia hanya mencapai 388, jauh lebih rendah dibandingkan Singapura (7.287), Thailand (1.790), dan Korea Selatan (8.408).

“Demikian pula ekosistem riset masih lemah, hasil riset tidak aplikatif karena masih kurangnya kerjasama riset domestik dan internasional. Sebagaimana tergambar dari jumlah paten yang diajukan Indonesia hanya sebanyak 1.445, masih tertinggal dari Malaysia (1.863), Singapura (9.766), Apalagi jika dibandingkan negara maju seperti Korea Selatan (267.527),“ pungkasnya. (*)

Artikel ini telah dibaca 23 kali

badge-check

Editor

Baca Lainnya

Pendapatan Pajak Anjlok, Legislator PKS Desak Pemerintah Rem Belanja Tidak Produktif

5 November 2024 - 15:18 WIB

Kebakaran Telan Korban 10 Jiwa, Ketua Komisi IV DPRD Kota Bekasi Segera Panggil Disnaker dan PT. JPN

3 November 2024 - 13:57 WIB

Pemkab Banyumas Terima Apresiasi Nasional Pengelolaan Pangan

23 Oktober 2024 - 18:19 WIB

Di Hari Santri Nasional SIT Gameel Akhlaq Mengutuk Penjajah Israel dan Serukan Kemerdekaan Palestina

23 Oktober 2024 - 11:13 WIB

Presiden Prabowo Subianto Umumkan Susunan Kabinet Merah Putih 2024-2029

21 Oktober 2024 - 11:29 WIB

Cawagub DKI Jakarta Suswono Mengapresiasi Pasar Tematik Bunga Rawabelong

18 Oktober 2024 - 19:14 WIB

Trending di Nasional