BEKASIMEDIA.COM – Ketua Yayasan Adara Relief Internasional Hj. Nurjannah Hulwani menyatakan salah satu harga diri dan kehormaran warga Gaza, Palestina adalah mereka bukan bangsa peminta-minta. Hal itu ia katakan sepulangnya dari Gaza.
“Alhamdulillah setelah masuk ke Gaza. saya rasakan harga diri penduduk Gaza bukan peminta-minta. Namun mereka memang sangat membutuhkan bantuan. Kondisi rumah, kesehatan kemudian kampus-kampus juga kita lihat semangat belajarnya ada namun minim buku dan bahan belajar juga tidak ada,” ujarnya usai memberikan ceramah pada acara buka bersama SIT Al Fatah, Arenjaya, Bekasi Timur, Jawa Barat, Kamis (23/5/2019).
Nurjanah mengaku sedih karena tidak membawa banyak bantuan ke sana.
“Oleh karenanya, sepulangnya ke Indonesia saya akan melakukan penggalangan dana sebanyak-banyaknya. karena bagaimana pun masih banyak yang terluka dan tidak tertanggulangi obat-obatan dan sebagainya dan ini sangat sulit jika membebankan kepada mereka,” jelasnya.
Ia melanjutkan, Gaza dengan segala keberkahannya memberi kesan mendalam baginya. keberangkatannya kali ini memberi spirit lebih.
“Sepulangnya ke Jakarta, saya ingin membuat terobosan-terobosan untuk membuat daya ungkit donasi yang bisa kita dapatkan,” imbuhnya.
Bahkan, kata Nurjannah, warga Gaza sangat merindukan kehadiran lebih banyak orang Indonesia di sana. Untuk menyemangati mereka.
“Kalimat yang paling tak terlupakan dari mereka adalah “kalian datang saja, belum berbicara sudah menguatkan kami,”” imbuhnya.
Ia berdoa selalu agar pintu Rafah dimudahkan aksesnya bagi seluruh umat Islam. Bisa dibuka untuk semua.
Lebih lanjut Nurjannah menyebutkan hal utama yang harus dilakukan adakah mengedukasi masyarakat agar memahami dan memperbaiki pemikiran tentang Kepalestinaan. Untuk itu perlu digerakkan program edukasi Palestina.
Masyarakat seyogianya juga bisa belajar dari kegigihan perjuangan bangsa Palestina. 70 tahun dijajah zionis Israel tidak menyurutkan semangat mereka, selama itu pula mereka bertahan hidup dibawah bayang-bayang kematian, pelecehan, pemboikotan, isolasi dan intimidasi.
“Mereka bisa memadamkan listrik kami, menghancurkan masjid, rumah dan sekolah kami tapi Wallahi mereka tidak bisa mematikan tekad dan semangat kami untuk bisa mengembalikan seratus persen tanah Palestina dari penjajah,” pungkasnya. (dns)