BEKASIMEDIA.COM – Dosen Pascasarjana Fakultas Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Dr. Dirgantara Wicaksono menyatakan generasi sekarang harus dipersiapkan untuk menghadapi tantangan besar bonus demografi Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 dengan meningkatkan produktivitas.
Hal tersebut ia sampaikan usai memberikan materi dalam workshop bertajuk “Kurikulum Tiga Belas Revisi Dalam Penerapan Scientific Approach Tingkat SD/MI” yang berlangsung di gedung pascasarjana Unisma “45” Bekasi, Rawalumbu, kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (1/12/2018).
“Intinya bagaimana menunjukkan kepada guru SD/MI agar semangat memperlakukan kurikulum 2013 revisi, yang paling utama yaitu penerapan scientific approach
karena perubahan tantangan terbesar kedepan bonus demografi Indonesia yaitu angka produktivitas usia muda lebih tinggi dibandingkan usia tua. jadi kita harus meningkatkan produktivitas generasi muda. khususnya generasi muda di kota dan kabupaten Bekasi, ini,” ujarnya kepada bekasimedia.com.
Jadi, kata Dirgantara penerapan kurikulum 2013 dalam acara ini untuk menyemangati para guru agar anak-anak siap menghadapi bonus demografi yang puncaknya Indonesia emas 2045.
Entry point-nya adalah terjadi perubahan signifikan dalam gaya mengajar, kalau guru dulu dikatakan transfer of knowledge, guru kini bertindak sebagai fasilitator. Bahasa lainnya, facilitated learning to improving performance. Oleh karena itu tidak satu arah, hanya guru ke siswa tetapi sebaliknya.
“Jadi siswa mendapatkan daya kritisnya, daya berpikir lebih holistik dan komprehensif dalam penumbuhan potensi dirinya,” ujarnya.
Untuk itu, kata Dirgantara harus dimulai dari guru itu sendiri, di mana sekarang ini diketahui salah satu masalahnya daya membaca guru di Indonesia masih kurang.
“Bagaimana guru bisa meminta siswa agar rajin membaca kalau gurunya tidak semangat dalam membaca. jadi perlu stimulan dari gurunya juga,” tambahnya.
Hal lain terkait kendala dalam penerapan kurikulum 2013 adalah dalam penilaian. Karena memang aplikasinya banyak, jadi membuat guru cenderung malas mencari materi yang baru.
Dirgantara berharap ada perubahan pola pikir. Mindset yang dibangun salah satunya gaya berpikir baru dan tidak lagi dengan gaya ceramah. Ada facilitated learning and to improving performance bagaimana guru di dalam memfasilitasi belajar anak-anak ini bisa lebih bersemangat dalam meraih masa depan mereka.
“Dan goalnya adalah ketika lulus anak-anak tahu kompetensinya apa dan tidak menjadi pengangguran.” pungkasnya. (dns)