BEKASIMEDIA.COM

Menu

Mode Gelap
Heri Sholihin Menang, Kota Bekasi Punya Wali Kota Baru Soal Kisruh Data PKH Ini Penjelasan, Anggota DPRD Enie Widhiastuti Ketua Fraksi PKS Kota Bekasi Terkait TKK Minta Pemkot Lakukan Langkah Ini Bawaslu Kota Bekasi Ingatkan di Masa Sosialisasi Para Caleg dan Partai Pahami Aturan yang Berlaku Islamic Book Fair 2023: Memperkenalkan Buku sebagai Pilar Peradaban

Berita Terbaru · 14 Des 2022 17:24 WIB ·

Food Estate Gagal dan Berpotensi Lemahkan Ketahanan Pangan Nasional


 Food Estate Gagal dan Berpotensi Lemahkan Ketahanan Pangan Nasional Perbesar

BEKASIMEDIA.COM, JAKARTA – Anggota Komisi IV DPR RI drh Slamet, mempertanyakan keputusan pemerintah yang tetap keukeuh melanjutkan program Food Estate di tengah banyaknya kritik terkait keberhasilan program tersebut.

Hasil kunjungan Komisi IV DPR RI di beberapa lokus kegiatan food estate menunjukkan besarnya indikasi kegagalan program tersebut. Beberapa media nasional serta NGO terkemuka juga menilai program food estate di Kalimantan dan tempat lainnya gagal.

“Sejak tahun lalu kami minta proyek ini ditinjau kembali. Sebab di lapangan banyak sekali permasalahan yang ditemukan,” ungkap Slamet di Jakarta, Rabu (14/12/2022).

Politisi asal Dapil Sukabumi Raya ini menjelaskan bahwa temuan kelangkaan beras saat ini turut membuktikan bahwa program Food Estate beras memang terindikasi gagal.

“Ada problem soal beras. Ini artinya food estate tidak berhasil menambah produksi beras. Gagal menyuplai beras saat kondisi kelangkaan terjadi sehingga mendorong pemerintah melakukan importasi beras tahun ini,” tambahnya.

Rencana impor beras ini terungkap saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPR RI dengan Perum Bulog beberapa waktu lalu. Bulog berencana melalukan impor beras untuk memenuhi kebutuhan Cadangan Beras pemerintah (CBP) yang kian menipis.

 

Mengubah Budaya Konsumsi Pangan

Selain gagal menyumbang pasokan beras saat kondisi kritis, Food Estate justru mempercepat beras-isasi pada wilayah yang masyarakatnya tidak mengkonsumsi beras sebagai pangan utama seperti di Papua.

“Saya mengutip dari temuan Kompas bahwa beberapa desa di Papua telah mengkonsumsi beras 100 persen untuk kebutuhan pangan, padahal makanan utamanya adalah sagu.”

“Peralihan pola makan dari sagu ke beras ini akan mengancam ketahanan pangan warga lokal. Beras yang belum bisa diproduksi secara mandiri di Papua maka ancaman ketahanan pangan di sana semakin tinggi,” ungkap Slamet.

Sebelumnya Harian Kompas merilis hasil riset yang menunjukkan beberapa desa di Merauke sudah mengkonsumsi beras 100 persen. Bahan makanan pokok sagu sudah mulai ditinggalkan. Kini beras dan mie instan jadi primadona.

Slamet menilai fenomena tersebut akibat kegagalan proyek Merauke Integrated Food and Energy (MIFEE).  Pemerintah bersikukuh melanjutkan program ini melalui Perpres 108 tahun 2022. Merauke tetap menjadi lokasi Food Estate beras.

“Program ini akan semakin mengakselerasi perubahan pola makan masyarakat papua. Ini malah gak bagus,” pungkasnya. (*)

Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Editor

Baca Lainnya

Pj. Wali Kota Bekasi Berikan Salam Perpisahan ke ASN Pemkot Bekasi

18 Februari 2025 - 19:18 WIB

Pengamat: Efisiensi Anggaran Berpotensi Hambat Pengembangan Pendidikan Tinggi

14 Februari 2025 - 10:57 WIB

Peringati HPN 2025, Firdaus: Moment Bersatunya Masyarakat Pers

11 Februari 2025 - 12:33 WIB

Dewan Evi Mafriningsianti Tagih Dinas Pendidikan Soal Pembangunan SMP Negeri 56 Durenjaya

8 Februari 2025 - 23:33 WIB

Banjir Melanda Perumahan Harapan Elok Bekasi, Pengurus RW Siapkan Tempat Pengungsian dan Dapur Umum

29 Januari 2025 - 12:41 WIB

The 3rd Festival Community Development: Karya Nyata Produk Inovatif Berkelanjutan Mahasiswa Fakultas Bisnis LSPR

24 Januari 2025 - 13:47 WIB

Trending di Berita Terbaru