Pemerintah Indonesia membatasi waktu makan di restoran dan warung makan selama 20 menit pada masa pemberlakuan PPKM Darurat. Tidak hanya itu, selama makan akan diawasi oleh Satpol PP hingga TNI. Makan selama waktu tersebut akhirnya menuai kritik karena terlalu terburu-buru.
Tidak semua warung makan seperti restoran cepat saji atau resto yang menyediakan makanan sudah tersedia. Beberapa tempat makan membutuhkan waktu 5-10 menit saat membuat pesanan pelanggan. Sehingga waktu untuk menikmati makanannya kian sempit.
Makan terburu-buru disinyalir merupakan kebiasaan yang tidak baik jika dilakukan terus menerus karena berisiko bagi kesehatan.
Menurut ahli nutrisi dari Amerika, Kathleen M. Zelman, otak memerlukan waktu sekitar 20 menit mengirimkan sinyal kenyang.
“Makan dengan santai memberikan waktu yang cukup untuk memicu sinyal dari otak bahwa anda sudah kenyang. Dan merasa kenyang bukan berarti makan lebih sedikit,” katanya.
Penelitian terbaru yang dipresentasikan pada pertemuan Asosiasi Amerika Utara untuk Studi Obesitas menunjukkan bahwa pria dan wanita yang kelebihan berat badan dikarenakan mempercepat makan.
Tidak hanya itu, makan terburu-buru juga meningkatkan risiko obesitas dan mengembangkan sindrom metabolik seperti diabetes, dan penyakit jantung.
Senada dengan penelitian tersebut, anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dokter Kemas Abdurrohim, Mars menyatakan makan terburu-terburu tidak baik untuk kesehatan.
Dari Gerd hingga Nyeri Ulu Hati
Menurutnya makan terburu-buru dapat meningkatkan aliran balik asam lambung ke kerongkongan setelah makan, sehingga menimbulkan resiko asam lambung (GERD), nyeri ulu hati dan Dyspepsia.
Dyspepsia adalah sekumpulan gejala berupa nyeri, perasaan tidak enak pada perut bagian atas yang menetap atau berulang disertai dengan gejala lainnya seperti rasa penuh saat makan, cepat kenyang, kembung, bersandiwara, nafsu makan menurun, mual, muntah
Berat badan naik
Dokter yang praktik di RSCM ini menambahkan selain mengalami Gerd, berat badan bisa cepat naik.
“Ini dikarenakan respons kenyang dari otak belum muncul, jadi rasanya belum puas sehingga masih mau makan lagi,” katanya saat dihubungi Bekasimedia.com, Selasa (27/7/2021).
Padahal jumlah makanan yang dimakan sudah cukup. Kondisi ini menyebabkan kelebihan kalori yang pada akhirnya meningkatkan berat badan.
Makan lebih lambat akan membuat kita menikmati makanan dan membuat perut jadi kenyang, sehingga terhindar dari risiko akibat makan terburu-buru.
Di samping itu makan terburu-buru dapat memperlambat proses pencernaan. Hal ini membuat lambung dan usus beserta enzim-enzim pencernaan di dalamnya perlu bekerja lebih keras untuk mengolah makanan.
Tips Makan yang Benar
Menurut Kemas, makan yang benar adalah makan di saat kita lapar. Dengan posisi duduk, tidak berdiri dan terburu-buru. Ia juga menyarankan agar makan fokus tidak diiringi kerja.
“Hindari makan sambil menonton TV, memainkan telepon genggam, atau pun mengetik di depan komputer karena hal-hal tersebut dapat membuat kita makan menjadi terburu-buru,” katanya.
Cobalah fokus hanya pada makanan yang sedang disantap tanpa terganggu oleh aktivitas lainnya. Dengarkan musik ringan atau pun menyalakan lilin untuk membuat suasana menjadi tenang bisa menjadi inspirasi saat makan.
Kemas melanjutkan, makan dengan makanan yang seimbang, ada protein, vitamin yang lengkap baik dari buah, sayur dan daging.
“Jangan terlalu banyak tepung dan gula,” katanya.
Bagi orang dengan penyakit tertentu, makan harus disiplin sesuai dengan pantangan atau anjuran dokter. Ia juga menyarankan untuk menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang banyak dihinggapi lalat.
Kecepatan makan ternyata memiliki pengaruh pada kesehatan fisik maupun mental. Mulai sekarang, alangkah baiknya untuk mulai mencoba menerapkan cara-cara di atas untuk menghindari makan cepat dan membiasakan makan dengan perlahan. (Ilham)