Rizki Ika Sahana
(Blogger, Pemerhati Masalah Perempuan, Keluarga, dan Generasi)
Anak bukan semata permata bagi kedua orang tua, melainkan juga aset berharga bagi sebuah bangsa. Keberadaannya bukan hanya penyambung garis keturunan keluarga melainkan juga menjadi pemegang estafet kepemimpinan di masa depan. Karenanya, pemeliharaan terhadap anak adalah hal vital yang tak boleh diabaikan.
Pemeliharaan itu menyangkut semua aspek, baik aspek fisik, seperti tumbuh kembang dan kesehatan tubuhnya, juga aspek non fisik seperti perkembangan kemampuan berpikir dan emosinya.
Aspek-aspek tersebut pertama kali dibebankan kepada orangtua sebagai penanggung jawab paling utama. Ibu bekerjasama dengan ayah, harus bahu membahu memenuhi kewajiban pengasuhan dan pendidikan guna mewujudkan anak-anak yang sehat fisik, akal, juga jiwanya.
Namun itu saja tidak cukup. Butuh peran lingkungan dan regulasi yang memadai untuk melahirkan anak-anak yang sehat dan cerdas. Lingkungan yang aman, nyaman, dan mendorong terciptanya anak-anak yang berkarakter, serta regulasi yang mendukung terselenggaranya pendidikan, juga kesehatan yang berkualitas.
Meninggalnya bayi berumur 13 bulan di RSUD Kota Bekasi pada Kamis (15/11/2018) pukul lima pagi karena tidak mendapatkan ruangan PICU, sungguh sangat disayangkan (https://bekasimedia.com/2018/11/15/tak-mendapatkan-picu-bayi-danisha-meninggal-di-rsud-kota-bekasi/). Peristiwa tersebut menambah daftar panjang tragedi memilukan yang menimpa anak karena keterbatasan fasilitas kesehatan.
Anggota DPRD Kota Bekasi dari Fraksi PKS Lilis Nurlia yang ikut membantu proses pemakaman Danisha Tsania Nur Afifah, bayi 13 bulan yang meninggal Kamis (15/11/2018), menyatakan bahwa peristiwa ini harus menjadi perhatian pemerintah. Menurutnya, fasilitas dan pelayanan oleh RSUD harus ditingkatkan (https://bekasimedia.com/2018/11/16/lilis-nurlia-antarkan-bayi-yang-meninggal-di-rsud-ke-peristirahatan-terakhir/). Terlebih, fasilitas PICU di RSUD Bekasi, ternyata memang belum memadai, sebagaimana diungkap Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi, dr. Sudirman (https://bekasimedia.com/2018/11/16/ini-kronologi-menurut-rsud-kota-bekasi-terkait-bayi-danisha/).
Setiap anak sesungguhnya berhak atas pelayanan kesehatan, karena kesehatan adalah hak asasi bagi setiap warga negara. Negaralah penanggung jawab terbesar dalam menyelenggarakannya, dengan menyediakan fasilitas, tenaga medis, logistik, termasuk mekanisme atau prosedural yang mudah, dalam rangka melahirkan manusia-manusia yang sehat include di dalamnya anak-anak.
Menyelenggarakan sistem yang tangguh memang bukan perkara yang mudah. Namun bukan berarti dilakukan secara serampangan dengan planning dan hitung-hitungan seadanya serta eksekusi sebisanya. Budgeting kesehatan semestinya menjadi prioritas dibanding pos lain yang kurang penting bahkan bukan perkara vital. Budgeting bagi problem kesehatan semestinya juga tidak dibatasi, namun diupayakan seoptimal mungkin hingga meng-cover kebutuhan pengobatan setiap pasien hingga sembuh total tanpa kecuali.
Dalam sejarah penerapannya, Islam memiliki perangkat sistem yang tangguh dalam memelihara kesehatan warga negaranya sekaligus menyelesaikan berbagai problem kesehatan yang terjadi. Budgeting bukan perkara yang pelik mengingat penerapan sistem ekonomi Islam mensupport pemasukan dalam jumlah yang melimpah (tidak hanya bergantung pada pajak). Dengan budgeting yang besar, fasilitas yang memadai, tenaga medis yang mumpuni, logistik yang mencukupi, juga mekanisme atau prosedural yang memudahkan lagi tidak berbelit, menjadi ciri penyelenggaraan kesehatan berkelas di dunia Islam.
Upaya preventif dan kuratif dalam menangani kesehatan masyarakat dilaksanakan secara sinergis dengan mindset periayahan (pengurusan) urusan umat dalam rangka meraih ridha Allah, bukan untuk tujuan untung-rugi. Sehingga wajar didapati gambaran pengobatan super prima dan berkualitas tanpa memandang kaya-miskin, terpandang atau hanya rakyat jelata.
Sungguh, kita merindukan pelayanan kesehatan terbaik, yakni pelayanan berkualitas yang berkelas, bagi setiap individu warga, termasuk bagi anak-anak aset bangsa. Bukankah bangsa yang kuat bergantung kepada generasi yang sehat lagi cerdas? Wallahu a’lam.