BEKASIMEDIA.COM – Kesehatan menjadi hal yang paling mahal untuk sebagian orang. Ketika sakit, terkadang tidak bisa sembuh dengan bermodalkan obat yang hanya tersedia di warung saja tetapi harus melakukan pemeriksaan ke klinik atau rumah sakit dan juga menebus obat yang diresepkan oleh dokter. Untuk menekan biaya tak terduga ketika sakit, banyak orang yang memilih untuk menggunakan asuransi kesehatan yang dirasa akan meringankan ketika melakukan pembayaran untuk biaya pengobatan atau perawatan.
Salah satunya adalah Nanda Lusiana, seorang editor di salah satu media berita online swasta. Nanda bercerita, menurutnya biaya rumah sakit tidaklah terjangkau. Dengan kondisi pekerjaan yang jauh dari rumah mengharuskan Nanda untuk menyewa kamar kos yang tidaklah murah.
“Untungnya dari kantor sudah diberikan jaminan kesehatan untuk setiap pegawai yang didaftarkan sebagai peserta JKN yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Jadi membantu banget kalau-kalau sakit”, kata Nanda.
Bekerja sebagai editor dengan sistem kerja shift tentunya perlu adaptasi dalam mengatur pola hidup. Nanda mengaku bahwa awal-awal menjalani sistem pekerjaan ini beberapa kali merasa sakit. Ia mengatakan di saat pertama kali masuk sebagai pegawai baru, ia terbiasa masuk pagi lalu pulang di sore hari, namun setelah beberapa waktu akhirnya memasuki sistem kerja shift.
“Yang biasanya masuk pagi, sekarang ada jadwal masuk shift siang atau malam. Pas awal-awal sempat beberapa kali enggak enak badan dan perlu periksa ke dokter. Untungnya sudah jadi peserta JKN, jadi lebih merasa aman karena enggak perlu mikirin biayanya lagi. Sekalipun bayar itu memang obat yang tidak terjamin,” ujarnya.
Perempuan berusia 28 tahun ini juga menceritakan bahwa di tahun 2023, dia sempat menjalani operasi usus buntu. Kala itu, ia mengatakan sempat merasakan sakit dan dirawat dengan dugaan asam lambung. Tapi pas diperiksa ternyata usus buntu dan disarankan untuk tindakan operasi.
“Mulai dari pemeriksaan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) hingga dirujuk dan mendapatkan tindakan operasi, semua prosesnya mudah. Yang melegakan tentu saja tanpa ada biaya tambahan di luar dari yang saya minta,” ceritanya.
Nanda juga menambahkan, sebelum didiagnosa usus buntu dia sempat dirawat dua kali karena asam lambungnya kambuh. Namun Nanda mengakui bahwa dirinya sudah pernah menjalani perawatan sebanyak dua kali sebelum operasi.
“Bolak-balik juga di FKTP karena badan sering drop. Bersyukur banget karena sama sekali enggak ngeluarin biaya apapun untuk berobat,” tambahnya dengan sumringah.
Nanda juga menambahkan bahwa dirinya juga terbantu karena orang tuanya dapat diikutsertakan sebagai peserta JKN melalui kantornya.
“Pas tau ternyata bisa daftarin orang tua sebagai peserta JKN melalui HRD kantor, rasanya lega banget. Selain karena enggak perlu ngurus pembayaran tiap bulan, biayanya juga ternyata lebih murah dibandingkan membayar mandiri. Ternyata ada program yang sangat membantu seperti ini,” jelasnya.
Berada jauh dari rumah tentunya membuat Nanda khawatir jika orang tuanya sakit. Namun dengan menjadi peserta JKN, kekhawatiran Nanda berkurang karena faskes yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan berada di lingkungan yang dekat dengan orang tuanya.
“Waktu bilang kalau orang tua sudah jadi peserta JKN, mereka bingung karena enggak sakit tapi kok ikut asuransi. Cuma waktu Bapak tiba-tiba sakit, baru tau kalau pada saat berobat ternyata cukup datang, periksa, dan terima obat aja. Sama sekali enggak perlu keluarin uang. Asuransi kesehatan itu perlu dimiliki sekarang ini dan BPJS Kesehatan menjadi asuransi kesehatan yang ramah untuk semua orang,” tutup Nanda. (MS/HP)