BEKASIMEDIA.COM – Mak Enah, ia biasa disapa. Nenek tua yang mengaku berusia lebih dari 1 abad. Ia tinggal di Ujung Harapan. Daerah perbatasan antara Kota Bekasi dengan Kabupaten Bekasi.
Mak Enah hidup dalam keterbatasan ekonomi bersama anak bungsunya yang bernama Mulia Agung.
Kepada bekasimedia.com, Agung menceritakan bahwa Mak Enah adalah ibu dari 13 anak. Kesepuluh anaknya telah meninggal dunia dan dua anak lainnya memilih pergi dan tak mau mengurus ibunya.
“Kata emak, anaknya tiga belas. Yang hidup tiga. Tapi yang dua lagi gak tahu kemana. Cuma saya yang mau ngurus emak,” kata Agung yang kini telah berusia 41 tahun dan masih hidup membujang.
Mak Enah dan almarhum suaminya adalah kelahiran Bandung Jawa Barat dan telah puluhan tahun merantau.
Sebelum tinggal di dekat Masjid At Taqwa Ujung Harapan, Mak Enah beralamat di Pasar Baru Jakarta Pusat.
Untuk kebutuhan hidup. Agung jualan keliling menggunakan gerobak. Barang yang dijual adalah mainan anak-anak dan aksesori perempuan.
Mak Enah ikut serta keliling dalam gerobak tersebut.
Kondisi Mak Enah yang sudah lemah dan tak mampu melihat serta mendengar menjadi ujian yang menuntut kesabaran Agung.
“Saya sih biarpun terbatas pilih berbakti merawat ibu kandung,” imbuh Agung yang terlihat lelah dan menyimpan beban berat.
Barang yang dijajakan Agung merupakan pemberian dari orang lain yang iba dengan kondisi ekonominya dan Mak Enah. Kini stok barang yang dijual semakin menipis.
Uang hasil berdagang digunakan Agung untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua.
“Emak lagi sakit. Kakinya bengkak. Pernah dirawat di klinik terus diinfus sampai habis sepuluh botol,” kata Agung.
Agung menjelaskan saat itu, biaya yang dihabiskan untuk merawat Mak Enah 3 jutaan lebih. Biaya Pengobatan ditanggung oleh para dermawan Komunitas Ibu-ibu Majelis Taklim sekitaran At Taqwa.
Mak Enah dan Agung tidak tercatat sebagai warga Kota Bekasi ataupun Kabupaten Bekasi, KTP dan kartu keluarga yang mereka pegang tercatat sebagai warga DKI Jakarta.
Jadi baru dua tahunan mereka tinggal di Kota Bekasi. Keputusan ini diambil karena biaya hidup yang cukup tinggi di Jakarta. Mereka tak mampu lagi membayar biaya kontrakan.
Karena hal itu pula , Mak Enah tidak memiliki Jaminan Sosial dan Kesehatan di Kota Bekasi.
Agung juga mengatakan bahwa mereka mau mengurus kepindahan jadi warga Kota Bekasi, yang menjadi masalah adalah kondisi ekonomi. Kini mereka pasrah menjalani hidup seperti ini.
Uluran tangan para dermawan sangat ditunggu untuk mengurangi beban Agung Mulia dalam mengurus ibundanya. Mak Enah.
(mart)