Perubahan musim kemarau menjadi musim hujan akan menimbulkan terjadinya perubahan suhu, curah hujan meningkat dan kelembaban udara. Hal ini sangat berpengaruh pada kejadian penyakit menular terutama penyakit yang bersumber binatang salah satunya adalah Deman Berdarah Dengue (DBD). Curah hujan berpengaruh langsung terhadap tempat perindukan nyamuk Aedes Agepty.
Kementerian Kesehatan pada tahun 2016 menyebutkan sebanyak 511 kabupaten/kota di Indonesia berpotensi menjadi tempat berkembangnya demam berdarah. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Mohamad Subuh mengatakan hal ini berarti tidak ada satu pun daerah Indonesia yang bebas terhadap endemisitas demam berdarah.
Dari lima ratus kabupaten/kota yang berpotensi, hampir 90 persen diantaranya merupakan daerah endemik. Jakarta sebagai ibukota negara pun ada di dalamnya.
Demam berdarah atau dengue hemorrhagic fever (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang melalui perantara nyamuk Aedes aegypti sebagai tempat hidup dan vektor utamanya. Melalui gigitan kecil ke dalam kulit manusia, virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia. Masa inkubasi penyakit ini 3-14 hari, tetapi pada umumnya 4-7 hari.
Gejala awal DBD antara lain demam tinggi mendadak berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung, kadang disertai adanya tanda-tanda perdarahan,
Virus dengue yang sudah ada dalam darah manusia akan bereaksi terhadap sistem kekebalan tubuh. Reaksi tersebut menimbulkan kerusakan pembuluh darah kapiler. Pembuluh darah menjadi lebih rapuh, dan mengalami kebocoran ke jaringan sekitar. Hal ini menyebabkan trombosit bekerja keras untuk menutupinya. Sehingga makin banyak trombosit yang digunakan hingga jumlahnya berkurang mencapai titik terendah. Ketika tubuh tidak mampu lagi untuk menutup kebocoran tersebut akan timbul perdarahan spontan. Tanda adanya perdarahan ringan berupa bintik-bintik perdarahan berwarna merah keunguan di bawah kulit. Perdarahan spontan bisa terjadi pada beberapa organ dalam, saluran pencernaan yang ditandai dengan Buang Air Besar (BAB) hitam, serta perdarahan di gusi serta mimisan. Jika perdarahan spontan tidak tertangani dengan baik maka akan menimbulkan syok dan kematian.
Belum ada obat dan vaksin untuk mencegah Demam Berdarah Dengue. Sebagian besar penyakit virus bersifat self-limiting, artinya virus akan mati sendiri. Infeksi virus Dengue sebenarnya akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1-2 minggu. Tujuan Pengobatan yang dilakukan adalah untuk mengobati gejala yang timbul dan mencegah terjadinya komplikasi.
Tindakan pengobatan yang umum dilakukan pada pasien demam berdarah yang tidak terlalu parah adalah pemberian cairan tubuh (lewat minuman atau elektrolit) untuk mencegah dehidrasi akibat demam dan muntah. Selain itu diperlukan pemberian obat yang mengandung acetaminofen untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam serta banyak istirahat untuk memulihkan kondisi. Bagi pasien dengan demam berdarah yang lebih parah, terutama pada anak-anak lebih baik menjalani rawat inap di rumah sakit, sebab membutuhkan pemberian infus dan elektrolit untuk mengganti cairan tubuh. Pada kasus yang berat, diperlukan transfusi darah akibat pendarahan yang terjadi.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue. Salah satunya adalah melakukan 3M yaitu menguras, menutup dan mengubur barang-barang bekas dalam rangka mengurangi tempat potensial perkembangbiakan nyamuk Ae.aegypti. Selain itu perlunya meningkatkan daya tahan tubuh dengan melaksanakan pola hidup sehat seperti makan makanan yang berimbang dan bergizi seperti sayur dan buah. Pola hidup dengan cukup istirahat dan berolahraga yang teratur. Kemudian harus ada upaya untuk menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan repelen yang ramah lingkungan seperti menggunakan minyak sereh ataupun lotion anti nyamuk.
Pemerintah daerah perlu membuat kebijakan dan program mengenai pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue sebelum terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)akibat penyakit ini. Pengasapan atau fogging, pemberian abate dan penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat kepada masyarakat sebaiknya dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.
Kerjasama Puskesmas dengan kelurahan sampai tingkat RT mengenai laporan adanya kejadian penyakit yang berupa angka kesakitan bahkan kematian perlu dilakukan intensif. Dari laporan tersebut bisa diketahui daerah mana yang rawan dengan perkembangbiakan nyamuk Aedes Agepty sehingga bisa dilakukan langkah-langkah selanjutnya seperti pengasapan atau fogging.
Herti Windya Puspasari, SKM
Peneliti Puslitbang Manajemen dan Humaniora Kesehatan
Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan