BEKASIMEDIA.COM

Menu

Mode Gelap
Heri Sholihin Menang, Kota Bekasi Punya Wali Kota Baru Soal Kisruh Data PKH Ini Penjelasan, Anggota DPRD Enie Widhiastuti Ketua Fraksi PKS Kota Bekasi Terkait TKK Minta Pemkot Lakukan Langkah Ini Bawaslu Kota Bekasi Ingatkan di Masa Sosialisasi Para Caleg dan Partai Pahami Aturan yang Berlaku Islamic Book Fair 2023: Memperkenalkan Buku sebagai Pilar Peradaban

Berita Terbaru · 8 Jul 2019 02:39 WIB ·

Pengamat Pendidikan Kota Bekasi: Pelajaran Agama Jadi Benteng Pancasila dari Paham Komunis


 Pengamat Pendidikan Kota Bekasi: Pelajaran Agama Jadi Benteng Pancasila dari Paham Komunis Perbesar

BEKASIMEDIA.COM – Pengamat pendidikan Kota Bekasi Arvianto Sadri menanggapi wacana penghapusan mata pelajaran Agama di sekolah yang dilontarkan oleh pendiri Kawasan Industri Jababeka Cikarang, SD Darmono.

“Konglomerat tersebut baru-baru ini melaksanakan bedah buku dan mendapatkan tanggapan positif dari beberapa kalangan. Namun yang menarik, ada pernyataannya saat bedah buku yang kontroversial bahwa pelajaran agama sudah tidak diperlukan lagi diajarkan di sekolah, karena menyebabkan radikalisme dan menghambat proses berkembangnya peradaban Indonesia. Tentu pernyataan ini menarik dan mengundang pendapat beragam dari berbagai kalangan, ini salah satu hal yang tidak baik,” ujar Arvianto Sadri dalam rekaman yang ia bagikan di akun youtube-nya, Ahad (7/7/2019).

Menurut Arsad (panggilan karibnya), pernyataan bahwa agama atau pelajaran agama menjadi faktor radikalisme merupakan sebuah upaya sistematis, halus, terencana untuk disebarkan di tengah-tengah masyarakat dalam rangka mengubah sila pertama Pancasila.

Menurutnya, sila pertama Pancasila sangat penting. “kita pernah punya kenyataan pahit saat PKI hendak mengubah Pancasila. itu pernah mereka lakukan, ingin mengubah dasar negara.  Bukan tidak mungkin kembali dilakukan hanya dengan cara yang lebih smooth, langkahnya halus. Pada satu titik mereka punya kekuatan untuk mengubah ini.

“Kenapa ini menjadi perencanaan yang halus karena alurnya seperti ini, saya sebagai angkatan 90-an tidak mengalami peristiwa G30 SPKI. Tapi saya tertanam bahwa peristiwa itu berbahaya, kejam dan jangan sampai kembali terulang. karena kami, generasi 90-an peristiwa itu terus diputar film itu. tapi sekarang? millenials tidak tahu dan tidak paham akan bahaya akan kekejaman peristiwa G30S PKI. (upaya paksa mengubah dasar negara),” lanjut Arvianto yang juga praktisi pendidikan dasar dan menengah ini.

Selain itu, Arsad mengingatkan jika pelajaran agama dihilangkan dari sekolah, maka masyarakat akan cenderung menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah swasta/pondok pesantren untuk belajar agama. Hal ini tidak akan mengurangi permasalahan karena tetap aka nada anak bangsa yang tidak tersentuh pelajaran agama.

“Nah ketika anak bangsa seperti ini banyak, maka anak-anak akan anti agama, tidak yakin adanya Tuhan, tidak peduli terhadap agama, keyakinan agama, maka akan meningkat radikalisme orang-orang yang anti agama. Akan menguatnya keinginan mengubah dasar negara karena jumlah mereka yang sudah banyak atas efek dihilangkannya pelajaran agama di sekolah,” tegasnya.

Atas dasar hal ini, Arsad mengingatkan semua pihak untuk terus menjaga Indonesia, “jaga bangsa kita dari orang-orang yang ingin mengubah dasar negara terutama sila pertama,” pungkasnya. (eas)

Artikel ini telah dibaca 12 kali

badge-check

Jurnalis

Baca Lainnya

947 Peserta Ikuti Seleksi PPPK Tahap II Kota Bekasi di BKN Jakarta

6 Mei 2025 - 08:42 WIB

Pemkot Bekasi Bekukan Sementara Worldcoin dan World ID Buntut Pemindaian Retina

5 Mei 2025 - 10:12 WIB

Wali Kota Bekasi Tegaskan Aparatur bukan hanya Administrator tapi juga Eksekutor

21 April 2025 - 12:06 WIB

Pemkot Bekasi Jelaskan Keputusan Pemberhentian Dirut PT Mitra Patriot

19 April 2025 - 15:46 WIB

Jobstreet by SEEK presents Mega Career Expo 2025: Temukan Peluang Kariermu!

9 April 2025 - 15:07 WIB

Peduli Autisme, PT Perusahaan Pengelola Aset Bersinergi dengan Cagar Foundation dalam Program Ramadan

22 Maret 2025 - 23:31 WIB

Trending di Berita Terbaru