BEKASIMEDIA.COM – Sekretaris DPD Partai Ummat Kota Bekasi, Jon Edy. S.Kom.,M.M mengapresiasi sekelompok anak muda yang sangat peduli terhadap kondisi bangsa ini. Mereka adalah yang tergabung dalam Jaringan Nasional Anies Baswedan daerah Bekasi raya yang dinahkodai oleh Dr. Abdul Khoir dan kawan-kawan.
Jon Edy melihat audien yang hadir dalam acara nonton bareng debat cawapres 2 di Saung anies Jatimayung, Jatimulya mayoritas anak anak muda yang datang dari Kota dan Kabupaten Bekasi.
“Rupanya kegelisahan anak muda di Kota dan Kabupaten Bekasi ini sudah sangat luar biasa dan nampak sekali mereka memperhatikan begitu seksama dan sangat serius ketika para paslon cawapres 2024-2029 itu memaparkan tentang pokok-pokok program terkait dengan tema debat pada malam itu yaitu pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, pengelolaan sumber daya alam dan energi, pangan, agraria dan masyarakat adat serta pembangunan desa,” ujarnya Ahad (21/1/2024).
Namun, lanjut Jon Edy, pemaparan itu justru ditertawakan oleh para aktivis ketika cawapres 02 dalam pemaparan program yang dilakukannya seolah tidak serius dan terkesan bermain-main.
“Sebagai calon top leader bangsa ini seharusnya cawapres 02 berpikir sebagai seorang pengambil kebijakan, pengambil keputusan yang sifatnya adalah strategis bukan sebagai seorang teknisi,” imbuhnya.
Dalam proses pembangunan berkelanjutan yang dikaitkan dengan lingkungan hidup nampaknya paslon cawapres 01 dan 03 lebih memahami persoalan yaitu telah terjadinya deforestasi pembabatan hutan dan perusahaan lingkungan ekosistem yang sangat luas pada periode 2014 sampai dengan 2023 ini.
Pembangunan yang ramah lingkungan dan menghormati hukum adat dan masyarakat adat berupa tanah ulayat itu penting menjadi perhatian dipaparkan oleh paslon cawapres 03 banyak keputusan-keputusan pengadilan yang berketetapan hukum tetap dan kemudian tidak dapat dieksekusi karena banyaknya pihak-pihak yang terlibat di dalam kasus tersebut, nah ini membutuhkan komentar dan ketegasan kepemimpinan.
Dan hal lain yang penting juga kita lihat bagaimana sumber daya alam dan energi kita yang dieksploitasi begitu masif tetapi jangankan memberikan kontribusi untuk kesejahteraan rakyat Pertamina pun mengalami hutang yang cukup besar saat ini di mana perusahaan tersebut mendapatkan mandat untuk mengelola energi dan sumber daya mineral.
“Pembangunan tidak boleh terjadi kalau akan merusak tatanan kehidupan budaya adat istiadat di satu daerah, apalagi kalau pembangunan itu tidak berorientasi untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Telah terjadi begitu banyak hak guna usaha penguasaan hutan yang berkonflik terhadap masyarakat adat seperti yang terakhir yang terjadi di Pulau Galang di daerah Rempang,” katanya.
Rempang hanya salah satu kasus di mana penggusuran hak adat dan tanah ulayat atas dasar hukum tanpa mempertimbangkan adat dan budaya setempat. Seharusnya kita tahu sebelum ada hukum normatif masyarakat telah menjalankan hukum adat yang begitu Arif.
Kemudian, belum lagi persoalan bagaimana pembangunan desa yang berbasis pada penggunaan teknologi dan pendampingan yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah ini masih jauh seharusnya pemerintah ke depan sudah berpikir tentang bagaimana modernisasi sektor pertanian dan membuat anak-anak muda bangsa ini bangga menjadi seorang petani seperti di negara-negara lain kita sudah ketinggalan begitu jauh di sektor pertanian ini.
Entah apa yang terjadi pemerintah lebih suka mengimpor beras, buah-buahan, daging dan sebagainya ketimbang memberdayakan masyarakat petani, memberikan bimbingan agar mereka dapat memenuhi kebutuhan nasional kita terhadap produk-produk hasil pertanian dan selama ini ini belum pernah terjadi.
“Saya kira kelompok aktivis seperti yang dilakukan oleh anak-anak muda yang tergabung dalam Jarnas Bekasi raya yang begitu kritis terhadap berbagai macam persoalan kebangsaan ini perlu kita dukung. Mereka adalah aset bangsa dan perlu mendapatkan perhatian di masa yang akan datang,” pungkasnya. (Denis)