BEKASIMEDIA.COM – Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPSI) Jumhur Hidayat mengaku sudah tenang karena organisasi buruh yang dipimpinnya telah memutuskan untuk mendukung Anies Rasyid Baswedan – Muhaimin Iskandar di Pilpres 2024.
“Sekarang saya sudah plong. Saya ini secara intelektual, dari awal dukung Anies tapi kebetulan kan saya pemimpin organisasi. Harus tertib ketika dukung mendukung. Harus keputusan organisasi. Maka saya tahan-tahan menyatakan dukungan,” kata Jumhur Hidayat saat tampil menjadi salah satu pembicara di acara diskusi “Siapa Capres Pilihan Buruh?” yang digelar Bidang Ketenagakerjaan DPP PKS, Kamis (28/9/2023) di kantor DPP PKS, Jl TB Simatupang Jakarta Selatan.
Sebelumnya KSPSI telah menggelar Rakernas Diperluas. “Rakernas ini lebih besar dari peserta kongres. Bukan hanya pengurus pusat federasi, tetapi pengurus daerah juga diundang. Ada 600 lebih pimpinan unit kerja. Waktu itu udah ada cawapresnya. Bulat itu mendukung AMIN. Saya sudah plong. Saya Jumhur Hidayat tidak main-main dengan pilihan.”
Kenapa KSPSI Memilih Anies-Muhaimin?
Pertama, kata Jumhur, kita perlu sosok presiden yang punya narasi, punya akal pikiran dan bisa diajak berdiskusi, saintifik. “Pak Anies sangat serius, berilmu dan mencari cara bagaimana membangun negeri ini. Dia ngerti banget sejarahnya kenapa Indonesia berjuang, kan enak kalau dipimpin orang seperti itu.”
Kedua, menurutnya bangsa ini sedang menghadapi banyak persoalan serius. “Untuk hal serius kita perlu orang yang serius. Bukan orang yang suka cengengesan. Orang yang mau berdebat ketika ada masalah. Bukan orang yang kabur saat kita datang aksi!”
Terkait Muhaimin Iskandar, ia mengaku sudah punya pengalaman kerja bareng. “Saya lima tahun partner sama beliau. Saya kepala BNP2TKI, beliau Menteri Kemenaker. Itu dia yang meratifikasi Konvensi ILO Soal buruh migran. Muhaimin juga yang mengeluarkan aturan permenaker jelas tentang yang boleh outsoursing dan gak boleh outsourcing!”
“Saya ini aktivis. Sering keluar masuk penjara. Anies dan Muhaimin ini seumuran dengan saya. Keduanya mental aktivis. Gak mikir what for me. Pak Anies belum berkuasa saja sudah berani. Dia tidak memakai Omnibus Law dalam penentuan upah di Jakarta. Itu keberanian luar biasa disaat seluruh gubernur tiarap,” jelasnya.