BEKASIMEDIA.COM – Badan Logistik dan Rantai Pasok KADIN Indonesia akan melakukan pemetaan atas 5 komoditas esensial, strategis dan yang berorientasi ekspor di sektor perikanan.
Kepala Badan Logistik dan Rantai Pasok KADIN Indonesia, Akbar Djohan mengatakan pihaknya telah membahas permasalahan yang dihadapi sub sektor perikanan tangkap dari perspektif rantai pasok di setiap simpul – simpul rantai pasok dari hulu sampai hilir.
“Kami akan lakukan perbaikan tata kelola logistik dan rantai pasok sub sektor perikanan,” kata Akbar usai pertemuannya dengan Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Kelautan dan Perikanan pada Senin (25/04/2022).
Tak hanya itu, Akbar juga menambahkan selain pemetaan rantai pasok yang meliputi aspek komoditas, infrastruktur, dukungan teknologi informasi, regulasi dan pelaku jasa logistik serta SDM, pemetaan ini akan diarahkan dalam penyusunan model perhitungan biaya logistik produk perikanan berikut implementasinya.
Ketua Umum KADIN Bidang Kelautan dan Perikanan, Joseph Pangalila mengatakan sebagai mitra pemerintah, KADIN akan mendorong hadirnya kebijakan yang adil, ramah pelaku usaha terutama pelaku usaha kecil, dan diharapkan melalui integrasi dan koordinasi aktivitas ditunjang regulasi yang mendukung industri ini akan memasuki era keemasan melalui peningkatan produksi, proses bisnis yang efisien, dan produk yang bermutu tinggi.
“Saat inilah gilirannya produk perikanan tangkap mampu secara bertumbuh kembang secara berkelanjutan. Kami sangat apresiasi atas kerjasama lintas sektor antara perikanan dan logistik ini,” kata Joseph.
Sementara itu, Eddy Putra Irawadi, Staf Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan mengatakan, aspek perikanan sangat luas dan masing-masing produk perikanan memiliki karakteristik dan permasalahan dan perlakuan sendiri-sendiri, Badan Logistik dan Rantai Pasok KADIN sebaiknya fokus di beberapa produk terlebih dahulu agar segera dapat ditemui dan dikenali masalah dan solusinya.
Seperti diketahui, industri Perikanan Indonesia mempunyai potensi ekonomi yang sangat luar biasa, namun demikian hal ini dirasakan belum optimal kontribusinya bagi perekonomian nasional. Pada tahun 2021 Indonesia berada di peringkat kedelapan (8) produsen ikan dunia, atau naik dua tingkat dari tahun 2020. Hal ini masih berpotensi lebih tinggi lagi jika dilakukan perbaikan tata kelola, regulasi, dan penanganan permasalahan dengan tepat.