BEKASIMEDIA.COM – Walikota Bekasi, Rahmat Effendi yang juga politisi partai Golkar diprediksi bakal meninggalkan Sutriyono, anggota DPR RI yang juga kader PKS. Sebelumnya Sutriyono digadang-gadang bakal mendampingi Rahmat Effendi pada perhelatan Pilkada kota Bekasi Juni 2018 mendatang.
Pasca turunnya rekomendasi DPP Partai Golkar kepada Rahmat Effendi kemarin (5/1), sontak sejumlah nama yang bakal mendampingi Pepen santer bermunculan di media. Di antaranya dari kalangan birokrat yakni Kepala Dinas PUPR kota Bekasi, Tri Adhiyanto, anggota DPR RI Sutriyono asal PKS dan Sholihin (Gus Shol), ketua DPC PPP kota Bekasi.
Sementara itu Ketua Dewan Pembina Partai Golkar kota Bekasi, Abdul Manan saat dihubungi lewat telepon selulernya, Ahad (7/1/2018) menanggapi konstalasi perkembangan politik akhir-akhir ini mengatakan sejak awal Golkar memiliki komitmen yang kuat dengan koalisi Pepen – Ahmad Syaikhu (PAS) untuk melanjutkan koalisi jilid II pada Pilkada 2018.
Menurutnya, PAS telah menciptakan arah pembangunan di kota Bekasi dengan baik sebagai manifestasi komitmen dan janji politiknya 5 tahun terakhir sejak 2013 lalu hingga akhir periode 2018 kepada masyarakat.
“Kami masih tetap komitmen dengan kesepakatan awal kita (Golkar) dengan Ahmad Syaikhu (PKS) untuk melanjutkan koalisi jilid II, namun kami menghormati ustadz Syaikhu yang diamanahkan partai untuk bertarung di Pilgub Jabar, dan memang PKS menawarkan pilihan kader lainnya seperti Sutriyono untuk menjadi pasangan Pepen,” sambungnya.
Kemudian soal adanya calon alternatif lain pasangan Pepen dari PPP Sholihin dan Tri Adhiyanto dari birokrat, menurut Abdul Manan hingga menjelang pendaftaran paslon nanti masih sangat dinamis dan tergantung hasil kajian dan keputusan dari pusat.
Sementara itu di tempat yang berbeda ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS Jawa Barat, Nur Supriyanto saat ditanya apakah PKS merasa “dikhianati” oleh Partai Golkar bila nantinya PG benar-benar meninggalkan Sutriyono dan berpindah ke lain hati.
“Ah bagi kami biasa saja, itu kan kebijakan politik. Secara pribadi saya dan Sutriyono tidak ada masalah dengan beliau, akan tetapi ini, kan, sebuah ijtihad politik yang berbeda. Jadi kalau dia melakukan ijtihad politik yang seperti itu ya kami harus bisa meresponsnya dengan cepat,” jelasnya.
Menurut Nur selama ini pihaknya selalu melakukan komunikasi yang cukup intens dengan Rahmat Effendi. Keputusan PKS juga dahulu dengan Pepen untuk meneruskan koalisi lima tahun yang lalu, karena memang itu adalah keinginan Pepen.
Nur menambahkan kader PKS sudah amat siap jika Hb nantinya tidak lagi bersama PG di Pilkada 2018. Oleh karena itu mesin PKS selalu siap untuk merespons apapun pilihan politik yang akan DPP ambil. (Dns)