BEKASIMEDIA.COM – Rizal Ramli, salah satu tokoh yang digadang-gadang jadi calon gubernur Jakarta, mengaku masih santai menghadapi minggu terakhir menjelang pendaftaran ke KPUD.
“Jangan terlalu ribet, nikmati proses. Sejak SD hingga Mahasiswa selalu ada SKS Sistem Kebut Semalam. Pada 2012 sudah putus asa Jokowi mau pulang Solo. Di kereta api ditelepon Bu Mega. Inilah kematangan beliau sebagai senior politician. Faktor surprise penting,” ujar Rizal Ramli saat mengisi diskusi di Talkshow Akhir Pekan Polemik Radio Sindo Trijaya Network, Sabtu (17/9/16) pagi pukul 09.00-11.00 di Warung Daun Jakarta Pusat.
Soal petahana, Rizal Ramli menilai peluangnya sudah jauh menurun akibat kebijakannya tidak berpihak pada rakyat kecil. “In the declining trend, on the way down. Sebab policy tidak berpihak rakyat dan omongannya nggak ada batasnya,” kata mantan menko kemaritiman ini.
Di acara yang menghadirkan cawagub Mardani Ali Sera ini, Rizal Ramli juga menilai parpol yang mendukung Ahok akan turun pamornya di pemilu 2019. “Pemilih beliau juga akan banyak bergeser. Pada 2019 parpol pendukungnya pasti kalah. Salah satu parpol Islam bilang dia tidak akan menang kalau dukung Ahok. Ini contoh-contoh bahwa saudara Ahok sudah melampaui puncaknya. On the way down. Parpol yang sudah mendukung ada yang mengakui saat itu Ahok sedang on the way up,” jelasnya.
“Sekarang dibutuhkan Antitesa dari Ahok. Ahok berpihak pada elit pengusaha. Bagaikan golok atas tumpul dengan yang punya uang. Ke bawah tajam banget ke rakyat. Ideologi Ahok jelas bukan Marhaenisme. Membingungkan kalau PDIP usung Marhaenisme lalu terjemahannya Ahok. Antitesa dalam pendekatan pembangunan. Pembangunan neo orba dengan menggunakan tentara. Neo Orba mengumpulkan uang, dari pengembang namanya off budget, swasta masuk apbd diputuskan. Gubernur nggak boleh. Dahulu dimasukkan Yayasan Mulia Supersemar, Amal Bakti Pancasila, lalu Dakap untuk Golkar untuk pencitraan. Dulu kita lawan non budget. Ahok mengembalikan lagi. Apakah tahu betul rakyat bahwa memilih Ahok artinya kembalinya pola Orba budget pembiayaan ataupun cara menghadapi rakyat,” jelasnya.
“Bung Karno ketika membangun Istora di Senayan. Rakyat diajak dialog. Dibuatkan rumah di Tebet. Di Solo, Jokowi dialog dulu baru dipindahkan. Ahok tidak ada dialog. Ahok mau maju calon Pilkada malah buat statement akan ada 351 titik lagi digusur. Ini tanda petahana kirim pesan ke pengembang. Saya gubernur pengembang, nyumbang dong pemenangan kita,” tegas mantan menteri Jokowi yang menolak reklamasi ini. (*/eas)