Jika ada partai yang paling gregetan dengan Pilkada Kabupaten Bekasi tahun 2017 mendatang, bisa jadi partai itu adalah PDI Perjuangan yang dipimpin Megawati Soekarno Putri. Bagaimana tidak, di Kabupaten Bekasi, partai ini selalu menduduki papan atas. Namun sejak era reformasi hingga pemilihan kepala daerah langsung dimulai, partai moncong putih ini belum sekalipun memenangkan pertarungan memperebutkan kursi eksekutif.
Di Pilkada 2007, PDIP maju mengusung pasangan Metro-Jes (Memet Rohmat – Jejen Sayuti). Di Pilkada langsung pertama yang diikuti 6 pasangan calon itu, PDIP yang jumlah kursinya di DPRD diatas PKS, tidak berani mengusung kadernya menjadi Bekasi 1. PDIP lebih memilih Memet Rohmat yang merupakan PNS karier dengan posisi tertinggi sebagai sekda. Jejen Sayuti yang merupakan kader tulen PDIP diplot sebagai calon wakil bupati.
Tak ada incumbent waktu itu. Semua pasangan maju dari titik yang sama. Hanya saja popularitas Saleh Manaf sebagai mantan bupati yang terjungkal di meja pengadilan dan Sadudin yang terus naik seiring kekompakan kader PKS dan pemilihan strategi memang mengganjal harapan PDIP.
Metro-Jes kalah dan menempati urutan ketiga, dengan perolehan suara sedikit dibawah pasangan Saleh Manaf-Omin Basyuni. Pemenang saat itu, Sadudin-Darip hanya selisih sedikit dengan ambang batas undang-undang pilkada. Yang lebih mengenaskan, tahun berikutnya pasca pilkada, Memet Rohmat memilih mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri.
Di Pilkada 2012, saat popularitas Sadudin sebagai incumbent begitu kuat. PDIP kembali memilih strategi Bekasi 2. Jejen Sayuti kembali diposisikan sebagai calon wakil bupati. Kali ini berpasangan dengan Darip Mulyana, incumbent wakil bupati yang memilih pecah kongsi dengan Sadudin.
Saat masa kampanye, Jejen dan PDIP kesulitan mengembangkan strategi. Menyerang kekurangan kepala daerah sebelumnya berarti juga menyerang Darip Mulyana, yang merupakan bagian dari pemimpin Bekasi 2007-2012. Mengamini keberhasilan kepala daerah sebelumnya juga hanya melegitimasi kepemimpinan Sadudin. Repot! Sama repotnya seperti Jusuf Kalla yang melawan SBY di pemilihan presiden 2009.
Di Pilkada yang diikuti 3 pasangan itu, warga Kabupaten Bekasi benar-benar memilih pemimpin baru. Membalikkan segala prediksi, 2 incumbent kalah oleh darah baru, Neneng Hasanah Yasin-Rohim Mintareja.
Menghadapi pilkada Kabupaten Bekasi yang tinggal hitungan minggu untuk fase pendaftaran pasangan, kira-kira apa yang akan dilakukan PDIP?
Perlu dicatat pula, di Bodetabek hingga Karawang, pasca Mochtar Mohammad di Pilkada Kota Bekasi tahun 2008, PDIP belum mencatatkan keberhasilan meraih kursi bupati atau walikota. Hal ini pasti menambah semangat untuk merebut kemenangan.
Ditengah-tengah superioritas di tingkat nasional saat ini, rasa-rasanya bukan saatnya lagi bagi PDIP menempatkan kadernya sebagai calon wakil bupati, apalagi hanya sebagai partai yang mengusung pasangan calon dari partai lain.
Enjang Anwar Sanusi
Redaktur bekasimedia.com