BEKASIMEDIA.COM

Menu

Mode Gelap
Soal Kisruh Data PKH Ini Penjelasan, Anggota DPRD Enie Widhiastuti Ketua Fraksi PKS Kota Bekasi Terkait TKK Minta Pemkot Lakukan Langkah Ini Bawaslu Kota Bekasi Ingatkan di Masa Sosialisasi Para Caleg dan Partai Pahami Aturan yang Berlaku Islamic Book Fair 2023: Memperkenalkan Buku sebagai Pilar Peradaban Dishub Kota Bekasi Batasi Operasional Kendaraan Besar, Khusus Kendaraan Sumbu Tiga Keatas

Gaya Hidup · 21 Jan 2018 12:40 WIB ·

Hiharaponik: Metode Berkebun Kekinian di Lahan Minimalis


 Hiharaponik: Metode Berkebun Kekinian di Lahan Minimalis Perbesar

BEKASIMEDIA.COM – Kegiatan pelatihan perdana metode bercocok tanam dengan nama Hiharaponik berlangsung pada Sabtu, (21/1/18) di Rumah Pohon Ukhuwah Care Indonesia, Bekasi Jaya, Kota Bekasi. Pelatihan tersebut diadakan bagi para peserta yang hadir agar dapat menyebar luaskan pengetahuan dan mengimplementasikan ilmu yang didapatkan selama pelatihan.

Program Rumah Pohon, seperti namanya, mengandung arti kesejukan. Lembaga U Care Indonesia yang menginisiasi program tersebut, selain bergerak di bidang sosial juga bergerak di bidang lingkungan hidup dan salah satu programnya ialah Rumah Pohon Ukhuwah. Terinspirasi dari kesejukkan yang berada di rumah.

Terbatasnya lahan (untuk perkebunan) di Kota Bekasi melatarbelakangi Program Rumah Pohon ini menerapkan metode hiharaponik yaitu gabungan dari Sistem Hidroponik dan Sistem Hiharaponik yang istimewanya tidak tergantung pada luasnya lahan. Metode ini juga sudah diuji coba sejak bulan September 2017.

Muhammad Anwar selaku Direktur Ukhuwah Care Indonesia mengungkapkan, metode bercocok tanam hiharaponik mudah dikerjakan di mana saja.

“Maka kesulitan kami beberapa bulan yang lalu mencoba menginisiasi hidroponik ternyata masih banyak kesulitan sehingga kita kombinasi dengan teknologi baru dengan peralatan yang sederhana beserta pot-pot yang diberi aliran air lalu diberi media tanam. Sesuai dengan metode kami hidroponik maka semua orang  bisa mengerjakan,” ungkapnya Ahad (21/1/2018).

Keunggulan sistem ini, pertama karena tidak memerlukan luasnya lahan tanam, kedu, penggunaan air sedikit, ketiga tidak memerlukan regulasi penyiraman yang merepotkan dan keempat dapat diproduksi massal.

Kebanyakan yang menerima pelatihan ini adalah kaum duafa dan yang tidak memiliki pekerjaan dengan konsep responsif pemberdayaan masyarakat.

“Kita memfasilitasi bagi mereka yang memiliki hobi bercocok tanam dan tidak memiliki sarana dan kita memiliki metodenya nanti kita kombinasikan,” tambahnya. (CJ/Pon)

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Samsung Galaxy S24 Hadir dengan Galaxy AI, Platform Kecerdasan Buatan Generatif

20 Februari 2024 - 16:25 WIB

Panduan Lengkap untuk Menjelajahi Wisata Ancol: Wahana dan Harga Tiket

12 Februari 2024 - 14:38 WIB

Menyulam Budi Pekerti : Menggali Makna dan Pentingnya Pendidikan Karakter

2 Januari 2024 - 19:01 WIB

Peran Media Sosial X Terhadap Generasi Muda Wanita

29 Desember 2023 - 16:32 WIB

Mengenal Penyakit Hati dalam Islam dan Cara Mengobatinya

29 Desember 2023 - 15:31 WIB

Tips Pola Makan Sehat dalam Keseharian

29 Desember 2023 - 12:00 WIB

Trending di Gaya Hidup