BEKASIMEDIA.COM – Keterampilan jurnalistik dapat menjadi sarana bagi santri untuk mengekspresikan diri dan menyampaikan gagasan-gagasannya kepada masyarakat luas. Dengan keterampilan jurnalistik, santri dapat menjadi agen perubahan dengan menyebarkan informasi yang bermanfaat dan membangun. Inilah yang menjadi latar belakang diadakannya kegiatan Pendidikan dan Latihan Dasar Jurnalistik (PLDJ) di Ma’had Khairul Bariyyah, Mustikajaya, Kota Bekasi.
“Sekarang ini menurut data, orang Indonesia itu minat bacanya termasuk rendah di antara negara-negara lain. Maka dari itu, kita mengadakan kegiatan PLDJ ini agar santri bisa melek literasi. Ini ada dua perempuan hebat yang akan menjadi narasumber,” ujar Ustadz Nurul Hadi selaku Mudir Ma’had saat memberikan sambutan dalam pembukaan kegiatan pada Ahad (21/1/24) tersebut.
Kegiatan yang diadakan di Aula Hj. Nurdjani Daja tersebut dimoderatori oleh Hendriyan Rayhan dan menghadirkan dua narasumber. Kedua narasumber merupakan mahasiswi Pendidikan Kader Ulama Perempuan (PKU-P) Masjid Istiqlal-LPDP. Belum lama ini keduanya mengikuti shortcourse di Hartford International University, Amerika. Narasumber pertama Atssania Zahroh menyampaikan materi tentang pengenalan jurnalistik secara umum.
“Apa sih jurnalistik itu? Biasanya ini berkaitan dengan berita gitu ya. Nah, secara pengertian, jurnalistik itu kegiatan pengumpulan, penyuntingan, dan penyajian informasi kepada khalayak melalui berbagai media seperti cetak, televisi, radio, dan platform daring,” tutur perempuan kelahiran Nganjuk yang merupakan lulusan UIN Bandung tersebut.
Selanjutnya narasumber kedua Melati Ismaila Rafi’i memaparkan materi tentang jurnalistik di dua pesantren. Ia menjelaskan bahwa juranalistik pesantren merupakan ruang untuk menyampaikan gagasan dalam bentuk tulisan-tulisan bagi para santri. Peserta juga diajarkan tentang teknik membuat mading (majalah dinding).
“ Jadi untuk membuat mading, pertama kita harus menentukan tema. Menentukan tema itu penting sebagai acuan isi mading dan untuk menarik pembaca. Nah, tema ini bisa diambil dari ide kreatif atau memanfaatkan momen yang sedang terjadi di waktu mading diterbitkan,” ujar perempuan yang pernah menjadi Redaksi Majalah Sarung di UIN Yogyakarta tersebut.
Setelah dua narasumber menyampaikan materi, selanjutnya ada sesi tanya jawab. Kegiatan dilanjutkan dengan simulasi secara berkelompok. Peserta ditugaskan membuat produk mading berupa berita, opini, dan karikatur. Kegiatan diakhiri dengan koreksi dan apresiasi karya peserta oleh kedua narasumber. (HR)