BEKASIMEDIA.COM – Jum’at lalu, 11 Juni 2021 Bekasimedia bersama tim relawan kemanusiaan Teladanku mewawancarai Fitri (34 tahun), seorang janda dua anak penghuni kolong (bawah) Jembatan Juanda Bekasi yang berada tak jauh dari Monumen bersejarah Monumen Kali Bekasi. Fitri salah satu warga “imigran” yang tersisih dari kehidupan semi metropolis di kota yang bersejarah dengan patriotismenya ini.
Fitri dengan kedua putrinya, Vina ( 6 ) dan Anggun (3) harus berjibaku mengais rezeki sebagai pemulung. Gorong-gorong penyangga Jembatan Juanda adalah rumah tempat berlindung bagi mereka dari segala cuaca.
“Sejak suami saya meninggal setelah Idul Fitri 3 tahun yang lalu, saya pindah ke sini sama anak-anak.” kata Fitri menceritakan awal mula bermukim di bawah jembatan.
Ibu dua anak ini mengaku sudah merantau dari Jambi ke Jakarta sejak tahun 2000 lalu.
“Awal saya merantau tahun 2000, terus ke Jakarta sambil mencari kerja. Nikah sama bapaknya anak-anak dan sempat tinggal di Duren Jaya,” ujar Fitri menambahkan kisah masa lalunya.
Wanita ini berjuang membiayai kebutuhan kedua puterinya dengan memilah-milah sampah sebagai peruntungannya bersama berapa kawan seprofesinya.
“Alhamdulillah saya mulung 3 hari, sudah dapat 50 ribu, ya lumayan lah buat biaya makan anak-anak.” Kata Fitri sambil menggendong putrinya yang baru keluar dari ruang sempit dan gelap.
Untuk bahan bakar memasak di “dapur” nya yang sederhana, Fitri mengumpulkan kayu-kayu kering.
Ketika ditanya soal kepedulian pemerintah setempat terhadap kondisinya, Fitri hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum miris. Ia mengaku KTP- nya masih Domisili Duren Jaya.
Di tengah hiruk pikuk aktivitas masyarakat menengah ke atas di sekitaran Jl. Ir H Juanda, kota Bekasi, Fitri dan kedua puterinya dari kolong jembatan bagaikan simbol lain perjuangan warga imigran yang hidup di bawah garis kemiskinan. Mengais sampah demi bertahan hidup di kota Patriot. (RAM)