Gerhana bulan dan matahari memang peristiwa alam yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Namun, sebagian masyarakat juga percaya ini bukan fenomena alam biasa, bahkan mitos yang berkembang pun ada seperti “laparnya” Batara Kala hingga kedatangan sang naga.
Masyarakat muslim meyakini gerhana bukan semata-mata peristiwa alam biasa. Karena dalam surah Ali Imran ayat 190-191 dijelaskan:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Gerhana bulan dalam Islam juga dikisahkan menjadi peristiwa penting yang menjadi muasal diadakannya salat gerhana.
Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan bahwa peristiwa ini adalah cara Allah SWT untuk “menakut-nakuti” hamba-hamba-Nya melalui kuasa-Nya.
Dilansir dari berbagai sumber, ternyata fenomena alam yang sekarang menjadi sarana rekreasi masyarakat, sempat membuat Rasulullah saw takut dan berucap Istighfar banyak-banyak. Mengapa bahkan seorang Nabi dan Rasul utusan Allah merasa sangat khawatir sementara ummatnya kini dengan santai menikmatinya bagai tontonan hiburan biasa?
Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut kerana khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan solat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan solat sedemikian rupa.” (HR. Al-Bukhori no. 1059)
Meskipun saat itu gerhana bertepatan dengan kematian putera Rasulullah, Ibrahim, Rasul melarang umatnya mengaitkan peristiwa gerhana dengan kematian atau kelahiran seseorang.
Dilansir muslim.or.id,
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi Muhammad bersabda,
”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044)
Lantas apakah peristiwa ini harus kita sikapi biasa-biasa saja? Apakah kita patut merasa takut akan peristiwa gerhana?
dilansir JalanSirah.com, Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam takut, khawatir dengan hari kiamat? beberapa alasan di antaranya karena gerhana adalah tanda yang muncul sebelum tanda-tanda kehancuran seperti terbitnya matahari dari barat atau keluarnya Antikristus atau mungkin gerhana itu adalah bagian dari azab.
Hamba yang paling dicintai Allah, Nabi Muhammad SAW saja ketika itu terjadi memperbanyak istighfar, maka salah satu hal yang bisa kita lakukan saat terjadi gerhana matahari atau bulan adalah salat gerhana. Ini juga yang diperintahkan Rasulullah SAW di saat terjadi gerhana pada masanya.
“Jika kalian melihat kedua gerhana yaitu gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan salat” (HR Bukhari).
Rasul lalu mengutus seseorang untuk menyeru ‘Ash sholatu jami’ah’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir, layaknya takbir di hari idul Fitri.
(RAM/Dikutip dari berbagai sumber)