BEKASIMEDIA.COM – Nama Pengusaha Setyono Djuandi Darmono mencuat sepekan terakhir ini. Hal ini setelah ia mengeluarkan pernyataan kontroversial yang menyarankan Pendidikan Agama tak perlu lagi diajarkan di sekolah.
Menurutnya Pendidikan Agama cukup diajarkan orangtua masing-masing atau lewat guru agama di luar sekolah. Hal ini disampaikan Darmono usai bedah bukunya yang ke-6 berjudul Bringing Civilizations Together di Jakarta, Kamis (4/7/2019).
Ia juga menyarankan agar pemerintah mengganti pelajaran Agama cukup dengan pelajaran budi pekerti. Pernyataan ini langsung memantik ketidaksetujuan.
Yang langsung bereaksi adalah mantan Ketua MPR RI Periode 2004-2009 Hidayat Nurwahid. Ia langsung mengingatkan bahwa sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan yang Maha Esa, serta UUD 1945 Pasal 29 dan Pasal 31.
Tak hanya Hidayat Nurwahid, Kyai NU yang juga Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat K.H. Muhammad Cholil Nafis, Lc., MA., Ph.D, mempertanyakan kewarasan usulan menghapus pelajaran agama.
“Waras ngga’ ya, negara yang berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa ko’ mau mengahapus pendidikan agama di sekolah. Pendidikan agama ya dimana-mana: di rumah juga di sekolah biar orang Indonesia jadi benar,” kata Kyai Cholil di akun twitternya, Jumat (5/7/2019).
Siapakah Setyono Djuandi Darmono?
Ternyata selain dikenal sebagai tokoh kebudayaan, Darmono juga dikenal sebagai pengusaha papan atas.
Dikutip dari laman resmi Jababeka, Darmono adalah Presiden Komisaris Perseroan sekaligus salah satu pendiri Jababeka. Perusahaan pelopor Kawasan Industri di Indonesia yang berdiri pada tahun 1989 di Kabupaten Bekasi Jawa Barat.
Karier panjangnya di Jababeka diawali sebagai Managing Director (CEO) Perseroan pada tahun 1989, Wakil Presiden Direktur pada tahun 1994, Komisaris pada tahun 1996 dan Presiden Direktur / CEO pada tahun 2000 sampai 2015.
Setelah sukses dengan bisnisnya, Darmono juga mendirikan institusi pendidikan di Kawasan Jababeka Cikarang yaitu President University dan SMA Presiden. (ss)