BEKASIMEDIA.COM – Sekretaris AlMarjan Enterprise, Zaini Mustafa menyatakan AlMarjan yang menaungi lembaga pendidikan mulai dari Day Care hingga SMIT menerapkan prinsip pendidikan berbasis fitrah dan minat. Hal itu ia katakan kepada Bekasimedia.com setelah acara Puncak Milad ke-32 AlMarjan, Sabtu (24/11/2018) di kantor AlMarjan Enterprise, Duta Indah, Jatikramat, Jatiasih.
Zaini mengatakan saat ini yang menarik adalah isu pendidikan yang mengarah ke pemberdayaan keluarga.
“Jadi isu pendidikan sekarang mendekati fungsi keluarga. Supaya tidak terkesan bahwa pendidikan itu mengambil alih fungsi keluarga, jadi bagaimana caranya memberdayakan peran ayah ibu di dalam pendidikan, karena lagi ngetren, ada yang namanya pendidikan berbasis fitrah,” kata pria yang akrab disapa Ustadz Zaini.
Ia mencontohkan di Jepang. Orangtua di Jepang terlibat dalam pendidikan karakter anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam contoh kecilnya membersihkan toilet.
Kedua, kata Zaini AlMarjan coba menerapkan sekolah berbasis minat. Karena jika mencontoh sistem pendidikan di Finlandia, Jepang dan Singapura, hal itu sudah lama diterapkan.
“Jadi AlMarjan memiliki target melakukan pemetaan dalam belajar. Harus jelas anak maunya ke mana, jadi apa. Jadi belajar dan memilih jurusan berdasarkan minat. Kalau mau jadi pengamat politik ya belajarnya fokus di itu saja. Kalau misalnya sibuk dengan pelajaran lain malah akan lama,” terangnya.
Oleh karena itu, Zaini menerangkan di AlMarjan, di sisa hari wajib belajar anak-anak itu dipersilakan memilih kegiatan menyangkut minat dan bakatnya. Hal itu dilakukan karena penyelenggara pendidikan di AlMarjan menilai anak cerdas itu bukan hanya bagus dalam perolehan nilai akademik saja. Anak yang gemar olahraga pun, misalnya bisa cerdas.
“Anak kami ada yang gabung di Timnas. Ada juga yang menang kejuaraan iklan layanan masyarakat. Jadi kami tidak ekstrem dalam belajar, tidak ditotalkan di akademik saja. akademik ada, non akademik juga diberikan,” ujarnya.
PENDIDIKAN KARAKTER
Sejak Daycare dan TK, jelas Zaini, anak-anak sudah diberikan benih-benih pendidikan karakter. Sejak anak datang hingga dijemput orangtuanya nuansa pendidikan itu terasa misalnya saat hendak tidur siang, ada doanya. makan, mandi dan lain-lain ada doanya, bahkan sebelum tidur juga ada sesi pembacaan cerita.
“TK kami itu homey. Makan, mandi, tidur siang itu wajib. Di TK ada guru laki-laki. agar anak mendapatkan figur ayah. Jadi sekolah itu tidak ada bedanya dengan rumah. Contohnya di Daycare, anak 2 tahun itu saat akan tidur, berdoa makan dan lain-lain berdoa. cerita dan lain-lain tetap fungsinya pendidikan, begitu prosesnya sampai dijemput orangtuanya,” terang Zaini.
Hal itu, kata Zaini selaras dengan komitmen AlMarjan menjadikan lembaga pendidikan tetap homey dan supaya tetap relevan dengan perkembangan kehidupan masyarakat.
Zaini mengakui jika harus menyamaratakan sistem pendidikan di Indonesia dengan negara yang memiliki sistem pendidikan lebih maju memang belum bisa. Tetap harus pelan-pelan.
“Ide tentang schooling ini kan memang sudah berjalan selama 200 tahun. Jadi kalau menafikan day schooling, Indonesia saya rasa belum siap,” ujarnya.
Zaini menyadari memang ada penyimpangan dalam sistem pendidikan saat ini, tapi, ia menyatakan AlMarjan tetap berkomitmen akan terus memperbaiki hal tersebut. (anr)