Jika Karawang-Bekasi adalah peninggalan sejarah dalam bentuk karya sastra, sebuah bentuk pengakuan sastrawan Chairil Anwar atas perjuangan rakyat Karawang dan Bekasi yang dituangkan dalam puisi, maka dalam bentuk karya monumen yang masih berdiri tegak, Bekasi memiliki gedung Joeang. Gedung tua yang masih berdiri tegak di kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi.
Gedung ini berdiri tepat di bibir jalan legendaris yang dulu bernama jalan Anyer-Panarukan, tak jauh dari stasiun kereta dan pasar Tambun.
Gedung Juang 45 adalah gedung peninggalan zaman kolonial, gedung bergaya neoklasik ini pertama kali dibangun pada tahun 1910, oleh tuan tanah beretnis Tionghoa Kow Tjing Kie.
Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini pernah digunakan Jepang sebagai markas untuk mengatur kekuatan dalam menghadapi sekutu. Kemudian pasca proklamasi, gedung ini sempat dijadikan sebagai kantor pemerintahan Kabupaten Jatinegara.
Pada masa perang mempertahankan kemerdekaan, gedung ini pernah dijadikan sebagai pos pertahanan pejuang republik dari gempuran tentara Belanda.
Akhir 1947, ketika Belanda menghianati perundingan Linggarjati tanggal 21 Juli lalu mengadakan aksi yang dikenal sebagai Agresi Militer Belanda Pertama, banyak terjadi pertempuran di sekitar gedung ini. Bahkan gedung ini pernah di duduki Belanda/NICA hingga tahun 1949.
Namun, gedung yang sangat mempunyai nilai sejarah dan merupakan kebanggaan mayarakat Bekasi ini, kembali berhasil direbut oleh pejuang Bekasi pada
awal 1950.
1950-1960, gedung ini pernah dipakai untuk sidang-sidang DPRD Sementara dan DPRD Gotong Royong Kabupaten Bekasi. Kemudian pernah digunakan juga untuk tempat penampungan tahanan politik pada masa pemberontakan G/30S/PKI.
Universitas Islam 45 Bekasi juga berawal mula dari gedung ini. Adalah Bupati Bekasi Abdul Fatah yang pernah menjadikan gedung ini sebagai kampus Akademi Pembangunan Desa (APD) yang menjadi cikal bakal UNISMA.
Lalu pada periode waktu berikutnya, gedung ini pernah ditempati jawatan pertanian, dinas PU hingga dinas Tenaga Kerja.
Kini, gedung ini kurang terawat. Pesonanya memudar, tertutup oleh deretan bis-bis jemputan PNS Pemda Kabupaten Bekasi yang diparkir di halaman depan gedung ini.
Kotor dan bau adalah hal lain yang menyertai keberadaan gedung yang harusnya terawat dengan baik. Atap gedung sudah dalam kondisi rusak. Kelelawar dan tikus menjadi penghuni tetap.
Disamping gedung utama, kini terdapat kantor dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Bekasi.
Deretan mobil pemadam kebakaran menjadi pemandangan lain saat mengunjungi gedung ini. Semoga dikemudian waktu, instansi atau pihak-pihak yang mendapat amanah untuk merawat gedung ini tergerak untuk memperbaiki Gedung Juang.
Menjadikannya kembali bercahaya lalu menjadi destinasi wisata sejarah dan budaya Bekasi tercinta. (Dhy/eas)