Bekasi, kota yang beberapa waktu lalu menjadi sorotan netizen dan tampil dengan gambar-gambar satir, ternyata pernah menginspirasi dimasa perjuangan republik ini. Bekasi disebut dalam sebuah puisi, lagu dan novel pujangga terkenal. Penyair, pencipta lagu serta penulis novelnya pun tak kalah legendarisnya.
Apa saja puisi, lagu dan novel tersebut?
1. Bekasi Dalam Puisi Chairil Anwar
Bagi para pencinta sastra lama, terutama puisi, tentu sudah tak asing dengan nama Chairil Anwar, Sastrawan angkatan ’45, yang terkenal dengan puisi-puisi ekspresionismenya. Salah satu puisi yang ditulisnya berjudul Karawang-Bekasi, salah satu puisi yang terhimpun dalam Kumpulan Puisinya yanga berjudul Yang Terempas dan yang Putus. Puisi ini menjadi salah satu karya Chairil Anwar yang cukup dikenal dan masih sering dibaca hingga kini dalam perayaan-perayaan hari kemerdekaan.
Puisi Karawang-Bekasi mengisahkan sejarah kepatriotan dan semangat perjuangan para pejuang, yang hampir terabaikan saat agresi Belanda menyerbu Bekasi dan Karawang pada 1948. Inilah Bekasi dalam bait puisi Chairil Anwar;
Kami yang kini terbaring antara Karawang – Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda.
Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garsi batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang – Bekasi
(Yang Terempas dan Yang Putus, Pustaka Rakyat, 1949)
2. Bekasi Dalam Lagu Ismail Marzuki
Ada sebuah syair yang kemudian populer sebagai lagu berjudul Melati di Tapal Batas ciptaan Ismail Marzuki. Melati di Tapal Batas mengisahkan kiprah pejuang wanita (srikandi) yang ikut berjuang di Tapal Batas. Tapal Batas sendiri adalah sebutan bagi Bekasi yang memang menjadi garis demarkasi wilayah kekuasaan Belanda dengan Republik Indonesia saat masa Republik Indonesia Serikat. Saat itu, para pejuang wanita memang tak segan menjadi orang-orang di garis terdepan medan pertempuran. Berikut bunyi bait pertama dan kedua lagu Melati di Tapal Batas karya Ismail Marzuki:
Engkau gadis muda jelita
Bagai sekuntum melati
Engkau sumbangkan jiwa raga
di tapal batas Bekasi
Engkau dinamakan Srikandi
Pendekar putri sejati
Engkau turut jejak pemuda
Turut mengawal negara
3. Bekasi Dalam Novel Pramoedya Ananta Toer
Kali Bekasi yang melintasi Kota Bekasi dari selatan hingga utara tak luput menjadi inspirasi sebuah cerita. Ialah Pramoedya Ananta Toer, yang mengangkat Bekasi kedalam novel berjudul Di Tepi Kali Bekasi. Novel yang diterbitkan Balai Pustaka dan pertama kali terbit pada tahun 1951. Kali Bekasi, aliran air yang tenang dan damai (pada saat itu) menjadi latar saksi bisu perjuangan. Meskipun fiksi dan tokohnya belum tentu benar-benar ada, akan tetapi kisah para pejuang di dalam novel itu idealnya bisa menginspirasi kaum muda saat ini.
Inilah tiga kisah dari masa perjuangan hingga awal mula Indonesia merdeka. Bekasi ada dan mewujud dalam catatan sejarah perjuangan negeri ini. Mereka, tiga tokoh besar perekam jejak itu mengakui eksistensi Bekasi dan mencatatnya dengan tinta emas. (ANR/EAS)