BEKASIMEDIA.COM

Menu

Mode Gelap
Soal Kisruh Data PKH Ini Penjelasan, Anggota DPRD Enie Widhiastuti Ketua Fraksi PKS Kota Bekasi Terkait TKK Minta Pemkot Lakukan Langkah Ini Bawaslu Kota Bekasi Ingatkan di Masa Sosialisasi Para Caleg dan Partai Pahami Aturan yang Berlaku Islamic Book Fair 2023: Memperkenalkan Buku sebagai Pilar Peradaban Dishub Kota Bekasi Batasi Operasional Kendaraan Besar, Khusus Kendaraan Sumbu Tiga Keatas

Opini · 9 Jan 2015 15:38 WIB ·

Bekasi Dalam Puisi, Lagu & Novel Para Pujangga


 Bekasi Dalam Puisi, Lagu & Novel Para Pujangga Perbesar

Bekasi, kota yang beberapa waktu lalu menjadi sorotan netizen dan tampil dengan gambar-gambar satir, ternyata pernah menginspirasi dimasa perjuangan republik ini. Bekasi disebut dalam sebuah puisi, lagu dan novel pujangga terkenal. Penyair, pencipta lagu serta penulis novelnya pun tak kalah legendarisnya.

Apa saja puisi, lagu dan novel tersebut?

1. Bekasi Dalam Puisi Chairil Anwar

index

 

Bagi para pencinta sastra lama, terutama puisi, tentu sudah tak asing dengan nama Chairil Anwar, Sastrawan angkatan ’45, yang terkenal dengan puisi-puisi  ekspresionismenya. Salah satu puisi yang ditulisnya berjudul Karawang-Bekasi, salah satu puisi yang terhimpun dalam Kumpulan Puisinya yanga berjudul Yang Terempas dan yang Putus. Puisi ini menjadi salah satu karya Chairil Anwar yang cukup dikenal dan masih sering dibaca hingga kini dalam perayaan-perayaan hari kemerdekaan.

Puisi Karawang-Bekasi mengisahkan sejarah kepatriotan dan semangat perjuangan para pejuang, yang hampir terabaikan saat agresi Belanda menyerbu Bekasi dan Karawang pada 1948. Inilah Bekasi dalam bait puisi Chairil Anwar;

Kami yang kini terbaring antara Karawang – Bekasi
Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda.
Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan

Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat

Berilah kami arti
Berjagalah terus di garsi batas pernyataan dan impian

Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang – Bekasi

(Yang Terempas dan Yang Putus, Pustaka Rakyat, 1949)
2. Bekasi Dalam Lagu Ismail Marzuki

Ismail Marzuki

 

Ada sebuah syair yang kemudian populer sebagai lagu berjudul Melati di Tapal Batas ciptaan Ismail Marzuki. Melati di Tapal Batas mengisahkan kiprah pejuang wanita (srikandi) yang ikut berjuang di Tapal Batas. Tapal Batas sendiri adalah sebutan bagi Bekasi yang memang menjadi garis demarkasi wilayah kekuasaan Belanda dengan Republik Indonesia saat masa Republik Indonesia Serikat. Saat itu, para pejuang wanita memang tak segan menjadi orang-orang di garis terdepan medan pertempuran.  Berikut bunyi bait pertama dan kedua lagu Melati di Tapal Batas karya Ismail Marzuki:

Engkau gadis muda jelita

Bagai sekuntum melati

Engkau sumbangkan jiwa raga

di tapal batas Bekasi

 

Engkau dinamakan Srikandi

Pendekar putri sejati

Engkau turut jejak pemuda

Turut mengawal negara

 

 

3. Bekasi Dalam Novel Pramoedya Ananta Toer

963125

Kali Bekasi yang melintasi Kota Bekasi dari selatan hingga utara tak luput menjadi inspirasi sebuah cerita. Ialah Pramoedya Ananta Toer, yang mengangkat Bekasi kedalam novel berjudul Di Tepi Kali Bekasi. Novel yang diterbitkan Balai Pustaka dan pertama kali terbit pada tahun 1951.  Kali Bekasi, aliran air yang tenang dan damai (pada saat itu) menjadi latar saksi bisu perjuangan. Meskipun fiksi dan tokohnya belum tentu benar-benar ada, akan tetapi kisah para pejuang di dalam novel itu idealnya bisa menginspirasi kaum muda saat ini.

Inilah tiga kisah dari masa perjuangan hingga awal mula Indonesia merdeka. Bekasi ada dan mewujud dalam catatan sejarah perjuangan negeri ini. Mereka, tiga tokoh besar perekam jejak itu mengakui eksistensi Bekasi dan  mencatatnya dengan tinta emas. (ANR/EAS)

 

 

Artikel ini telah dibaca 153 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Pendidikan Agama Sebagai Sarana Pengembangan Moral Anak Usia Dini

4 Desember 2023 - 16:50 WIB

Dampak Pembangunan Infrastruktur Di Wilayah Pesisir Terhadap Ekosistem Laut

4 Desember 2023 - 13:04 WIB

Dampak Maraknya Perdagangan Online Terhadap Pedagang Konvensional

2 Desember 2023 - 17:07 WIB

Education for All: Menuntut Layanan Pendidikan Berkualitas untuk Orang Miskin

10 Oktober 2023 - 19:08 WIB

Ambisi Jokowi Ambil Alih Ketum Golkar?

25 Juli 2023 - 22:24 WIB

Semrawut dan Bau, Mengapa Pasar Tradisional Masih Eksis?

18 Juli 2023 - 16:17 WIB

Trending di Opini